Senin, 21 Januari 2013

Pustakawan di Tengah Komunitas Virtual : Dimana Perannya ?

Salah satu media teknologi informasi yang bernama Internet telah menjadi salah satu fenomena yang sangat "lumrah" atau bisa dikatakan setiap orang pernah mendengar nama itu. Akses ke jaringan yang lebih luas lagi menjadikan kita seakan tak ada batas antara ruang dan waktu. Semua orang bisa berinteraksi dan berkomunikasi tanpa bertemu secara fisik. Kadang begitu banyak fasilitas di internet yang begitu "memudahkan" kita untuk berkomunikasi jarak jauh. Sampai pada akhirnya muncul komunitas-komunitas di dunia maya atau bisa dikatakan virtual, untuk lebih berinteraksi dan bertukar pikiran melalui fasilitas internet. Di tengah arus komunitas virtual yang begitu cepat ini, pustakawan akankah berdiam diri saja ?


Internet mampu mengatasi hambatan jarak, waktu dan ruang. Internet memiliki karakteristik interactivity. Dalam dimensi interaktivitas ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh teknologi informasi ini, antara lain: bidirectionality, quick response, bandwidth, user control, amount of user activity, ratio of user to medium activity, feedback transparancy social presence, dan artificial intelligence. Jadi peranan internet sebagai media baru dengan keunggulan interaktif dan membangun hubungan secara personal, kelompok maupun massa. [1]

Konsep komunitas dan masyarakat saling tumpang tindih. Istilah masyarakat adalah istilah yang umum bagi satu kesatuan hidup manusia, karena itu bersifat lebih luas dari pada istilah komunitas. Koentjaraningrat mengungkapkan arti komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan yang berinteraksi  menurut suatu sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas. Komunitas memiliki makna yang lebih khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi dan kesadaran wilayah. Sedangkan menurut Fernback  definisi tentang komunitas juga memiliki definisi yang bersifat fungsional dan simbolik. Kita sering mengelompokkan diri kita ke dalam bagian wilayah secara fisik yang disebut dengan komunitas urban, pedesaan, suburban, dan juga kita sering mengelompokkan diri kita secara simbolik berdasarkan gaya hidup identitas atau karakter yang pada perkembangan berikutnya kita sebut juga dengan komunitas. Sehingga berdasarkan fungsi dan gaya hidup itu kita bisa menemukan komunitas agama, komunitas hobi, komunitas filosof atau bahkan komunitas virtual.[2]

Gaya hidup modern yang serba praktis ternyata membawa dampak terhadap perilaku masyarakatnya. Kehadiran perangkat teknologi yang serba canggih mampu mengambil alih peran sosial manusia sebagai bagian dari masyarakat. Terbentuknya komunitas-komunitas online dalam masyarakat perkotaan merupakan contoh dari fenomena pergeseran makna sosial dalam kehidupan masyarakat modern. Komunitas Cyber, mungkin itulah penggambaran yang relatif pas untuk komunitas ini. Melalui media internet interaksi sosial dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja tanpa harus bertatap muka secara langsung. Komunitas ini sudah jamak bagi masyarakat perkotaan.[3]

Dari definisi komunitas virtual di atas, jelaslah bahwa internet merupakan salah satu media yang berada di balik masyarakat virtual tersebut. kita Blogging, twitter-an, facenbook-an dll, hal ini juga merupakan suatu wujud nyata dari aktivitas kita di dunia maya. Yang pada akhirnya jika terjadi jalinan komunikasi antara pengguna internet, maka akan terbentuklah komunitas virtual tersebut.

Pustakawan disini haruslah mengikuti setiap perkembangan teknologi informasi (dalam hal ini internet) agar bisa menjaga eksistensi profesi pustakawan di tengah hiruk pikuknya komunitas internet seperti sekarang ini. Pustakawan harus mempunyai komunitas yang tentunya berhubungan dengan bidang kepustakawan. Kalaupun belum bisa mewujudkan komunitas pustakawan yang solid, ada baiknya mengikuti forum-forum dan website komunitas yang sudah ada dan berupaya menmunculkan atau mendiskusikan aktivitas pustakawan atau apa saja yang sekiranya berhubungan dengan profesi pustakawan. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk menjaga eksistensi pustakawan di antara profesi lain yang sudah "mapan". Oleh karena itulah, pustakawan haruslah segera memantapkan langkah untuk menjaga eksistensi profesi pustakawan, salah satunya dengan mengibarkan bendera pustakawan dalam lingkungan komunitas virtual yang sudah mengglobal seperti sekarang ini.



Referensi Online :
[1] Argyo Demartoto. 2012. KOMUNITAS VIRTUAL SEBAGAI OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI. dalam http://argyo.staff.uns.ac.id/2012/08/24/komunitas-virtual-sebagai-objek-kajian-sosiologi/
[2] ibid.
[3] ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar