Senin, 03 Desember 2012

Konsep Perpustakaan Digital

Istilah perpustakaan digital tidak mudah didefinisikan ketika sejumlah ilmuwan dan profesional mengajukan definisi yang berbeda dengan bersandar pada sudut pandang dan setting keilmuan mereka masing-masing. Permasalahan ini  diakui  oleh  Haigh[1] yang  mengutarakan  bahwa  tidak  ada  sebuah  definisi tunggal mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan perpustakaan digital  (“there is not one single definition of what digital library is.”) Sejalan dengan gagasan tersebut. Cool[2] menggarisbawahi bahwa tidak ditemukan satupun definisi yang dapat disepakati apa sebenarnya perpustakaan digital itu (“there is no single agreed upon definition of what constitutes a digital library”). Untuk memperjelas kesulitan dalam mendefinisikan istilah perpustakaan digital sebagaimana disebutkan sebelumnya, berikut diberikan dua pendapat dari pakar di bidang perpustakaan dan informasi. Pertama, Schwartz[3] melaporkan bahwa para mahasiswanya yang mengambil kuliah Perpustakaan Digital telah menemukan 64 definisi perpustakaan digital yang hasilnya adalah semua definisi tersebut    berbeda.  Kemudian,  Borgman [4] menjelaskan  bahwa  kesulitan  juga disebabkan kurangnya konsistensi di antara masing-masing definisi yang ada. Lebih lanjut dia menyebutkan, berbagai kelompok ilmuwan yang berasal dari disiplin  berbeda,  tertarik  pada  kajian  perpustakaan  digital  dan  memaknainya sesuai dengan disiplin keilmuan mereka masing-masing.
Pada saatnya nanti, berbagai perbincangan tentang definisi perpustakaan digital tersebut akan muncul ke permukaan. Diskusi tersebut akan terjadi karena banyak  jenis  perpustakaan  digital  yang  menciptakan,  menghantarkan,  dan memelihara  objek-objek  digital  yang  berasal  dari  format  data  utama  yang berbeda-beda, sehingga sangat sulit menghasilkan sebuah definisi yang mencakup semua hal tersebut.[5]

Persoalan definisi perpustakaan digital seperti yang disebutkan di atas mungkin  sedikit  membingungkan.  Berkenaan  dengan  hal  tersebut,  Cool[6] mencoba menghindar untuk membincangkan definisi perpustakaan digital. Seperti dapat  dilihat  dari  penelitiannya,  dia  lebih  cenderung  mengkaji  tipe-tipe perpustakaan digital dan para penggunanya dengan harapan dapat memahami secara  lebih  baik  apa  sesungguhnya  perpustakaan  digital  itu.  Penelitiannya diarahkan  pada  penyelidikan  sejumlah  proyek,  inisiatif,  dan  layanan  yang dikategorikan sebagai perpustakaan digital. Selanjutnya, ia menyajikan sebuah tipologi perpustakaan-perpustakaan digital yang ada berdasarkan sasaran, tujuan, dan komunitas penggunanya. Akhirnya  dia  berpendapat  bahwa  perpustakaan  digital,  sebagaimana perpustakaan tradisional, memiliki berbagai tipe. Untuk keperluan studinya, dia mengelompokkan lima tipe perpustakaan yang keseluruhannya merujuk kepada konsep  perpustakaan  tradisional  yang  terdiri  dari:  perpustakaan  nasional, perpustakaan propinsi, perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus. Empat dari lima tipe perpustakaan tersebut masing-masing menggunakan dua contoh.

Jenis-jenis  perpustakaan  digital  tersebut  dihasilkan  lewat  penelusuran karya-karya dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, dan penelusuran website dalam subjek perpustakaan digital. Sedangkan jenis perpustakaan khusus, ia  memperlakukannya  dengan  cara  yang  berbeda  dengan  mendeskripsikan sejumlah koleksi perpustakaan khusus yang memiliki ciri sebagai perpustakaan digital  yang  merujuk  kepada  entitas  informasi  yang  disponsori  kelompok-kelompok tertentu seperti: lembaga pemerintahan, organisasi profesional, lembaga nirlaba, dan perusahaan-perusahaan swasta. Sebagian besar perpustakaan khusus yang diteliti berhubungan dengan organisasi-organisasi nirlaba. Untuk kategori tersebut, ia mempertimbangkan koleksi-koleksi khusus yang telah dikembangkan oleh perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan museum.[7]

Kesimpulannya adalah  bahwa  perpustakaan-perpustakaan digital merupakan  lingkungan  informasi  yang  terus-menerus  mengalami  perubahan dalam cara-cara yang signifikan. Beberapa perpustakaan digital mementingkan penyediaan   akses   jarak   jauh   untuk   institusi-institusi   informasi   seperti perpustakaan-perpustakaan umum dan perguruan tinggi. Sementara itu, usahausaha yang sungguh-sungguh sedang dikembangkan untuk koleksi digital yang lebih khas seperti yang dilakukan oleh perpustakaan khusus. Berkaitan dengan pengembangan perpustakaan-perpustakaan digital, mereka akan tergantung pada pengertian yang lebih baik bagaimana mengkomunikasikan perpustakaan digital dengan para penggunannya.

Berbeda  dengan  gagasan  sebelumnya,  Fecko[8] memandang  bahwa perpustakaan digital menawarkan keuntungan-keuntungan yang cukup besar dan pemanfaatannya dipandang sebagai wilayah uji-coba yang menantang dan sangat berguna. Beberapa keuntungan yang disebutkan itu memberikan wawasan baru dalam pengembangan perpustakaan. Pertama, perpustakaan digital menciptakan dimensi  baru  dalam  ilmu  pengetahuan  dan  pendidikan  karena  pengguna melakukan penelusuran sejumlah besar informasi dengan cepat. Kedua, dari sisi koleksi, perpustakaan digital dapat menolong memperkecil batasan-batasan antara informasi “kaya”  dan “miskin”  lewat  pemberian  akses  universal  terhadap informasi.  Ketiga,  koleksi  digital  mendorong  pengguna  untuk  berperan  aktif dalam kegiatan pembelajaran karena mereka dapat mencari langsung informasi yang   diperlukan   daripada   harus   mengakses   sejumlah   besar   informasi pemanfaatannya  masih  merupakan  kemungkinan.  Dengan  demikian,  hak-hak peminjaman dan lokasi fisik tidak lagi dipandang sebagai persoalan. Kelima, perpustakaan digital menyediakan fungsi utama karena melayani sumber-sumber informasi dalam format dokumen dan multimedia. Dokumen-dokumen tersebut dapat ditambahkan dan ditemukan-kembali dari perpustakaan.

Dengan  pemikiran  yang  berbeda,  William  Arms[9] mendefinisikan perpustakaan digital sebagai “kumpulan informasi yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses lewat jaringan.” Dia menyebutkan beberapa keuntungan berkaitan dengan perpustakaan digital. Pertama, karya-karya ilmiah dapat ditulis dengan mudah. Kedua, perpustakaan-perpustakaan dapat menjaga dan memelihara koleksi-koleksinya dengan murah dan mudah. Ketiga, dimungkinkan sebagian besar orang berkomunikasi dengan cara yang mudah, murah, dan cepat. Ini dapat terealisir dengan adanya e-mail dan internet. Semua hal tersebut menunjukkan bahwa informasi digital dapat diperoleh dengan mudah kapan saja.[10]

Selanjutnya,  Michael  Lesk[11] mengajukan  definisi  perpustakaan  digital sebagai  kumpulan  informasi  baik  yang  dihasilkan  lewat  digitalisasi  maupun pengorganisasian, memberikan kita kemampuan yang belum pernah diberikan perpustakaan tradisional (“a collection of information that is both digitized and organized,  gives  us  powers  we  never  had  with  traditional  libraries”).  Dia menyebutkan  bahwa  membangun  perpustakaan  digital  tidak  hanya  persoalan menimbun informasi dalam harddisk, namun perpustakaan digital itu melibatkan pennciptaan semua penataan mesin dan manusia, mungkin juga budaya, dimana orang-orang  dapat  menemukan  informasi  dan  menggunakannya. Dengan demikian, dia menegaskan bahwa perpustakaan digital tidak akan ada gunanya jika pengguna tidak menggunakan dan memanfaatkannya.

Referensi :
[1] S. Haigh, “Connectivity, Content and Collaboration: the Canadian Digital Library Experience” in P. D. Fletcher & J. C. Bertot, World Libraries on the Information Superhighway: Preparing for the Challenges of the New Millennium (Hershey, USA:  Idea Group Publishing, 2000), hlm. 40
[2] C. Cool, “A Typology of Digital Library and Their User Communities”, Proceedings of 21st National Online Meeting, New York, May 16-17 2000, hlm. 61
[3] C. Schwartz, “Digital Libraries: an Overview”. Journal of Academic Librarianship, Vol.26, No. 6 (2000), hlm. 386.
[4] C. L. Borgman, From Gutenberg to the Global Information Infrastructure: Access to Information in the Networked World (Cambridge, MASS: MIT Press, 2000), hlm.13.
[5] M. Deegan, & S. Tanner, Digital Futures: Strategies for the Information Age.(London: Facet Publishing, 2002), hlm. 42.
[6] C. Cool, “A Typology of Digital Library, hlm.64
[7] C. Cool, “A Typology of Digital Library…, hlm.64-65.
[8] M. B. Fecko, Electronic Resources: Access and Issues (London: Bowker-Saur, 1977), hlm.13.
[9] W. Y. Arms, Digital Libraries. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press, 2001, hlm.2.
[10] W. Y. Arms, Digital Libraries..., hlm.1.
[11] M. Lesk, Practical Digital Libraries (San Francisco: Morgan Kaufmann, 1977), hlm.1 17 M. Lesk, Practical Digital Libraries..., hlm.2

4 komentar:

  1. Wah pustakawan sejati iki...
    blognya sip bnget mas bro.... cssnya boleh to aku diajari...

    BalasHapus
  2. gan's sy mau buat perpus digital d kantor
    cara2 nya bgm,
    bisa ms bro jd mitra utk proses...
    nomor call sy 081360461567

    BalasHapus
  3. gan's sy mau buat perpus digital d kantor
    cara2 nya bgm,
    bisa ms bro jd mitra utk proses...
    nomor call sy 081360461567

    BalasHapus