Istilah perpustakaan digital tidak mudah didefinisikan ketika sejumlah ilmuwan dan profesional mengajukan definisi yang berbeda dengan bersandar pada sudut pandang dan setting keilmuan mereka masing-masing. Permasalahan ini diakui oleh Haigh[1] yang mengutarakan bahwa tidak ada sebuah definisi tunggal mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan perpustakaan digital (“there is not one single definition of what digital library is.”) Sejalan dengan gagasan tersebut. Cool[2] menggarisbawahi bahwa tidak ditemukan satupun definisi yang dapat disepakati apa sebenarnya perpustakaan digital itu (“there is no single agreed upon definition of what constitutes a digital library”). Untuk memperjelas kesulitan dalam mendefinisikan istilah perpustakaan digital sebagaimana disebutkan sebelumnya, berikut diberikan dua pendapat dari pakar di bidang perpustakaan dan informasi. Pertama, Schwartz[3] melaporkan bahwa para mahasiswanya yang mengambil kuliah Perpustakaan Digital telah menemukan 64 definisi perpustakaan digital yang hasilnya adalah semua definisi tersebut berbeda. Kemudian, Borgman [4] menjelaskan bahwa kesulitan juga disebabkan kurangnya konsistensi di antara masing-masing definisi yang ada. Lebih lanjut dia menyebutkan, berbagai kelompok ilmuwan yang berasal dari disiplin berbeda, tertarik pada kajian perpustakaan digital dan memaknainya sesuai dengan disiplin keilmuan mereka masing-masing.
Pada saatnya nanti, berbagai perbincangan tentang definisi perpustakaan digital tersebut akan muncul ke permukaan. Diskusi tersebut akan terjadi karena banyak jenis perpustakaan digital yang menciptakan, menghantarkan, dan memelihara objek-objek digital yang berasal dari format data utama yang berbeda-beda, sehingga sangat sulit menghasilkan sebuah definisi yang mencakup semua hal tersebut.[5]
Persoalan definisi perpustakaan digital seperti yang disebutkan di atas mungkin sedikit membingungkan. Berkenaan dengan hal tersebut, Cool[6] mencoba menghindar untuk membincangkan definisi perpustakaan digital. Seperti dapat dilihat dari penelitiannya, dia lebih cenderung mengkaji tipe-tipe perpustakaan digital dan para penggunanya dengan harapan dapat memahami secara lebih baik apa sesungguhnya perpustakaan digital itu. Penelitiannya diarahkan pada penyelidikan sejumlah proyek, inisiatif, dan layanan yang dikategorikan sebagai perpustakaan digital. Selanjutnya, ia menyajikan sebuah tipologi perpustakaan-perpustakaan digital yang ada berdasarkan sasaran, tujuan, dan komunitas penggunanya. Akhirnya dia berpendapat bahwa perpustakaan digital, sebagaimana perpustakaan tradisional, memiliki berbagai tipe. Untuk keperluan studinya, dia mengelompokkan lima tipe perpustakaan yang keseluruhannya merujuk kepada konsep perpustakaan tradisional yang terdiri dari: perpustakaan nasional, perpustakaan propinsi, perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus. Empat dari lima tipe perpustakaan tersebut masing-masing menggunakan dua contoh.
Jenis-jenis perpustakaan digital tersebut dihasilkan lewat penelusuran karya-karya dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi, dan penelusuran website dalam subjek perpustakaan digital. Sedangkan jenis perpustakaan khusus, ia memperlakukannya dengan cara yang berbeda dengan mendeskripsikan sejumlah koleksi perpustakaan khusus yang memiliki ciri sebagai perpustakaan digital yang merujuk kepada entitas informasi yang disponsori kelompok-kelompok tertentu seperti: lembaga pemerintahan, organisasi profesional, lembaga nirlaba, dan perusahaan-perusahaan swasta. Sebagian besar perpustakaan khusus yang diteliti berhubungan dengan organisasi-organisasi nirlaba. Untuk kategori tersebut, ia mempertimbangkan koleksi-koleksi khusus yang telah dikembangkan oleh perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan museum.[7]
Kesimpulannya adalah bahwa perpustakaan-perpustakaan digital merupakan lingkungan informasi yang terus-menerus mengalami perubahan dalam cara-cara yang signifikan. Beberapa perpustakaan digital mementingkan penyediaan akses jarak jauh untuk institusi-institusi informasi seperti perpustakaan-perpustakaan umum dan perguruan tinggi. Sementara itu, usahausaha yang sungguh-sungguh sedang dikembangkan untuk koleksi digital yang lebih khas seperti yang dilakukan oleh perpustakaan khusus. Berkaitan dengan pengembangan perpustakaan-perpustakaan digital, mereka akan tergantung pada pengertian yang lebih baik bagaimana mengkomunikasikan perpustakaan digital dengan para penggunannya.
Berbeda dengan gagasan sebelumnya, Fecko[8] memandang bahwa perpustakaan digital menawarkan keuntungan-keuntungan yang cukup besar dan pemanfaatannya dipandang sebagai wilayah uji-coba yang menantang dan sangat berguna. Beberapa keuntungan yang disebutkan itu memberikan wawasan baru dalam pengembangan perpustakaan. Pertama, perpustakaan digital menciptakan dimensi baru dalam ilmu pengetahuan dan pendidikan karena pengguna melakukan penelusuran sejumlah besar informasi dengan cepat. Kedua, dari sisi koleksi, perpustakaan digital dapat menolong memperkecil batasan-batasan antara informasi “kaya” dan “miskin” lewat pemberian akses universal terhadap informasi. Ketiga, koleksi digital mendorong pengguna untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran karena mereka dapat mencari langsung informasi yang diperlukan daripada harus mengakses sejumlah besar informasi pemanfaatannya masih merupakan kemungkinan. Dengan demikian, hak-hak peminjaman dan lokasi fisik tidak lagi dipandang sebagai persoalan. Kelima, perpustakaan digital menyediakan fungsi utama karena melayani sumber-sumber informasi dalam format dokumen dan multimedia. Dokumen-dokumen tersebut dapat ditambahkan dan ditemukan-kembali dari perpustakaan.
Dengan pemikiran yang berbeda, William Arms[9] mendefinisikan perpustakaan digital sebagai “kumpulan informasi yang disimpan dalam format digital dan dapat diakses lewat jaringan.” Dia menyebutkan beberapa keuntungan berkaitan dengan perpustakaan digital. Pertama, karya-karya ilmiah dapat ditulis dengan mudah. Kedua, perpustakaan-perpustakaan dapat menjaga dan memelihara koleksi-koleksinya dengan murah dan mudah. Ketiga, dimungkinkan sebagian besar orang berkomunikasi dengan cara yang mudah, murah, dan cepat. Ini dapat terealisir dengan adanya e-mail dan internet. Semua hal tersebut menunjukkan bahwa informasi digital dapat diperoleh dengan mudah kapan saja.[10]
Selanjutnya, Michael Lesk[11] mengajukan definisi perpustakaan digital sebagai kumpulan informasi baik yang dihasilkan lewat digitalisasi maupun pengorganisasian, memberikan kita kemampuan yang belum pernah diberikan perpustakaan tradisional (“a collection of information that is both digitized and organized, gives us powers we never had with traditional libraries”). Dia menyebutkan bahwa membangun perpustakaan digital tidak hanya persoalan menimbun informasi dalam harddisk, namun perpustakaan digital itu melibatkan pennciptaan semua penataan mesin dan manusia, mungkin juga budaya, dimana orang-orang dapat menemukan informasi dan menggunakannya. Dengan demikian, dia menegaskan bahwa perpustakaan digital tidak akan ada gunanya jika pengguna tidak menggunakan dan memanfaatkannya.
Referensi :
[1] S. Haigh, “Connectivity, Content and Collaboration: the Canadian Digital Library Experience” in P. D. Fletcher & J. C. Bertot, World Libraries on the Information Superhighway: Preparing for the Challenges of the New Millennium (Hershey, USA: Idea Group Publishing, 2000), hlm. 40
[2] C. Cool, “A Typology of Digital Library and Their User Communities”, Proceedings of 21st National Online Meeting, New York, May 16-17 2000, hlm. 61
[3] C. Schwartz, “Digital Libraries: an Overview”. Journal of Academic Librarianship, Vol.26, No. 6 (2000), hlm. 386.
[4] C. L. Borgman, From Gutenberg to the Global Information Infrastructure: Access to Information in the Networked World (Cambridge, MASS: MIT Press, 2000), hlm.13.
[5] M. Deegan, & S. Tanner, Digital Futures: Strategies for the Information Age.(London: Facet Publishing, 2002), hlm. 42.
[6] C. Cool, “A Typology of Digital Library, hlm.64
[7] C. Cool, “A Typology of Digital Library…, hlm.64-65.
[8] M. B. Fecko, Electronic Resources: Access and Issues (London: Bowker-Saur, 1977), hlm.13.
[9] W. Y. Arms, Digital Libraries. Cambridge, Massachusetts: The MIT Press, 2001, hlm.2.
[10] W. Y. Arms, Digital Libraries..., hlm.1.
[11] M. Lesk, Practical Digital Libraries (San Francisco: Morgan Kaufmann, 1977), hlm.1 17 M. Lesk, Practical Digital Libraries..., hlm.2
Wah pustakawan sejati iki...
BalasHapusblognya sip bnget mas bro.... cssnya boleh to aku diajari...
OK mas bro, thanks :)
Hapusgan's sy mau buat perpus digital d kantor
BalasHapuscara2 nya bgm,
bisa ms bro jd mitra utk proses...
nomor call sy 081360461567
gan's sy mau buat perpus digital d kantor
BalasHapuscara2 nya bgm,
bisa ms bro jd mitra utk proses...
nomor call sy 081360461567